Sajak Lalu

 

Sajak indah yang terdengar saat itu bagaikan alunan nada cinta yang mengalir dalam darah dan berujung dihati. Bagaikan hembusan angin surga beriringan dengan sinar mentari di pagi hari menembus ranting dan dedaunan, hangat menembus kulit. Bagaikan padang rumlut hijau yang menari dalam irama hembusan angin. Wajah itu, yang selalu terlihat saat ku pejamkan mata, mata dengan tatapan tajam nanteduh seakan membawa ku untuk selalu kembali kemasan itu. Kesalahan masa lalu seakan bagai permen manis yang selalu ku bawa, kata maaf yang kini sudah sakit di telinga. Terlalu naif untuk mengatakan aku tidak mengagumi indahmu, aku hanya gadis biasa yang berharap pada sosok lelaki menyenangkan yang telah mengukir luka indah di hati.
Butuh keberanian hati untuk berharap pada sajak yang telah lama terhempaskan, butuh waktu yang tidak sebentar untuk membangun harapan akan sajak itu. Perlahan mulai mengumpulkan serpihan sajak yang berserakan, mencoba membangkitkan alunan melodi yang sudah jauh terkubur dalam. Merangkainya kembali hari demi hari, tak jarang mimpi memberiku kekuatan untuk melanjutkannya. Satu demi satu sajak itu mulai ku temukan lalu ku rangkai, hingga suatu ketika aku menyadari ada bagian paling indah dari sajak itu yang hilang, ku coba mencari di bawah bintang, di sudut hujan, di balik awan, di atas angan, namun tak kunjung ku temukan. Sampai pada suatu hari ketika lelah ku mencapai puncaknya ku coba untuk sejenak berfikir, meletakan segala yang membebani, dan akhirnya sajak yang hilang itu ku temukan. Sajak itu, iya sajak itu adalah kamu, sajak indah yang teduh dan menyejukan hati, dan kini sajak lalu itu tergenapi.
Sekarang coba berdiam sejenak, lepaskan segala bebanmu, pejamkan mata, dan ambil nafas panjang, fokus pada hatimu. Dengar, coba dengarkan baik-baik suara apa itu. Iya itu, coba dengarkan perlahan, alunan nada indah penuh kesejukan namun juga penuh kepastian, bisikan hangat yang membuatmu nyaman, suara yang tidak asing di telingamu, itu sajak indahku yang ku rangkai hari demi hari, dari malam ke malam, membangkitkan melodi yang telah lama mati, hingga akhirnya tercipta sajak itu. Sajak yang tak dapat kau sentuh, tidak dapat kau genggam, bahkan tidak dapat kau lihat, karena sajak itu hanya bisa kau rasakan. Alunan rindunya, pilu tangisnya, bahagia tawanya, coba rasakan dan biarkan hati kecilmu yang merasakan betapa penuh kerinduan akan hadirmu, biarkan sajak itu tinggal dalam hatimu, biarkan sajak itu untuk tetap ada bersamamu, biarkan hati kecilmu yang menilai akan arti adanya sajak itu, mungkin sajak itu juga yang kau rindu. Mungkin suatu saat nanti sajak itu yang akan menuntunmu kemana kau akan melangkah, dan kemana kau akan kembali. Sajak itu penuh akan tawa, air mata, dan rindu, biarkan sajak itu yang menceritakan semuanya, biarkan sajak itu yang memberitahumu akan arti ku.


Kau yang harus meneruskan sajak itu, tak peduli dengan siapa kau akan menyelesaikannya, karena sajak itu terlalu indah untuk dibiarkan begitu saja terkubur dalam pekatnya benci, hingga ditumbuhi tumbuhan berduri. Jika suatu saat nanti kau terlalu sulit untuk merangkai melodinya, cobalah berbalik dan lihat ke belakang, aku ada di belakang mu, siap untuk membantu mu, bahkan jika kau ingin kita merangkai bersama, kita teruskan sajak itu dan beri tahu pada dunia bahwa kita mampu menyelesaikannya bersama dan membiarkan rasa itu tetap sama, sajak yang tidak akan pernah bisa berkurang, sajak yang tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Dan walaupun kau tidak menyelesaikannya bersama ku, ku harap sajak itu selalu indah. Bahkan tanpa kau sadari, saat ini aku masih meneruskan sajak itu walaupun sendiri. Biarkan aku padang rumput itu tetap hijau dan memberikan kesejukan, biarkan taman itu tetap penuh bunga-bunga indah, biarkan hangatnya mentari pagi menembus dedaunan dan ranting hingga memberikan rasa hangat pada hati, dan biarkan sajak itu untuk selalu indah, dan tinggal di dalam hati kecil mu. Aku, hanya sebagian kecil dari sejak indah itu, yang memberikan sentuhan-sentuhan akan rindu dan benci yang kau ciptakan. Sajak itu seolah menenggelamkan hati dan membuat fikiran untuk beberapa saat hilang kendali hingga teralalu mudah untuk diresapi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untukmu

Siapa Aku?