Surat Terbuka Untukmu

Apa kabar kamu sayang, lama tak ada kabar, lama tidak menumpahkan keluh kesah. Mungkin benar hubungan jarak jauh tidak lah mudah, ketika kita beradu pendapat dan berakhir dengan saling diam kita tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa menunggu. Ketika salah satu dari kita hilang kabar, pun tidak banyak yang bisa kita lakukan, segala upaya sudah coba ditempuh, namun jika menemukan jalan buntu aku akan berputar balik dan akan tetap aku tunggu seperti sebelumnya, di tepi jalan itu, dengan perasaan yang masih sama, tidak ada yang berubah.
Sayang saat kamu jauh mungkin aku terlihat sedang mempermainkanmu, dengan sering menghabiskan waktu bersama mereka teman-teman lelaki ku, tapi percayalah mereka hanya temanku, tidak melebihi rasa ini untukmu. Terdengar berlebihan, namun seperti ini lah adanya, ketika sudah terpaut ikatan komitmen akupun tak ingin bermain api, akan ku selesaikan dan ku padamkan api yang sudah ku nyalakan hingga menyulut diam mu tanpa kabar.
Sayang ketika kamu jauh aku dikelilingi orang-orang aneh dengan tatapan ragu, namun ketika mendengar suaramu semua kembali tenang, kecemasan, amarah, ego, semua mereda. Mungkin caraku yang keliru, tapi sungguh aku teramat menyayangimu, tak terbersit sedikpun niatku untuk membagi rasa ini.
Mungkin aku belum bisa menjadi tangguh, tapi aku selalu berusaha menjadi acuh dengan mereka yang mendekat.
Kau tahu dulu kita pernah hilang dalam dunia masing-masing, kita saling menyibukan diri, hingga akhirnya kita bertemu kembali, aku senang ketika kita kembali pada satu nadi, aku senang kamu kembali menemukan kita, menjalin satu komitmen dalam tubuh manusia dewasa. Semua hanya tentang menyikapi secara dewasa, seperti katamu kita sudah dewasa, apapun yang akan terjadi nanti, kuharap kedewasaan kita selalu terlibat, hingga ketika bertengkar hebat walaupun saling diam namun kita akan kembali, bukan lantas menghilang tanpa penjelasan. Lebih baik kita bertengkar hebat, diam, melihat kedalam diri masing-masing lalu kembali kita luruskan yang salah, dari pada saling diam lalu menghilang seolah tidak ada ikatan antara kita.
Sayang, aku rindu, rindu teduh suaramu, maaf bila egoku terlalu besar, maaf terkadang cara berfikirku masih dangkal, maaf jika kadang selalu ingin menang. Trimakasih telah menjadi paling sabar, trimakasih selalu berusaha menjadi yang terbaik, trimakasih telah kembali menemukan ku percayalah aku mencintaimu dengan tulus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siapa Aku?

Sajak Lalu