Tentang Jarak

Tentang jarak yang membentang antara rindu yang tak berhak, atas rindu yang tak seharusnya namun memang ada, semakin coba diingkari semakin meninggi. Untaian jarak yang pernah membentang kini dipertemukan dalam kilometer tanpa rencana, kembali memeluk waktu yang pernah berlalu tanpa kamu, 200 kilometer pertama kita bertemu kembali setelah sekian lama, 300 kilometer selanjutnya entah apa yang membuat kita betah berlama-lama, lalu 500 kilometer selanjutnya membawa kita pada pasir putih yang mengingatkan kita kembali bahwa apa yang kita ingkari sebenarnya memang ada, rindu yang meronta ingin ditemukan, perlahan kembali memuncak melebur bersama panjangnya perjalanan kita untuk menemui keindahan.
Ketika aku di sandingkan dengan dua karya Tuhan yang luar biasa, membuatku tidak berhenti berterimakasih atas waktu yang telah Tuhan sepakati untuk kita kembali bertemu.walaupun aku tahu kamu adalah pembuat luka yang sempurna, kamu berhasil menarik ku kembali ketika aku ingin pergi. Jarak yang begitu panjang dan waktu yang begitu lama untuk bersama, kembali menghadirkan rasa itu, rasa yang bukan menjadi hak hati ini untuk menuai rasa, sudah teramat jauh dan sudah terlalu lama membuatnya semakin sulit. Rentang kilometer bukan lagi menjadi ukuran rasa rindu, melainkan berapa lama kita bisa bersama.
Aku tidak menuntut lebih, akupun sedang berjuang mempertahankan yang menjadi pilihanku, namun ketika pilihan itu bahkan tidak memilihku, kamu pun selalu ada, selalu berusaha menuruti apa yang menjadi inginku, selalu berusaha mengukir untaian senyum ini. Bahkan usaha mu jauh lebih tulus dibandingkan dengan dia yang mungkin menjadi hak ku. Bahumupun selalu ada disaat penat ini mulai menyeruak. Ketika aku berusaha menjadi yang terbaik untuknya kamu pun selalu ada di belakangku, andai dia sepertimu, yang selalu mendengarkan setiap cerita yang mungkin tidak penting selama perjalanan, selalu mengusahakan jarak tak peduli sejauh apapun itu. Bukan maksutku untuk membandingkan dia dengan mu, tapi dia memang tidak bisa mengusahakan jarak.
Trimakasih untuk guarauan dalam kilometer, untuk waktu dan usahamu, untuk ketulusan dalam setiap dengar dan kata, untuk bahu tempat keluh kesah. Dan ketika aku menyadari bahwa dialah yang seharusnya melakukan itu pada ku, kamu yang menyadarkan untuk tidak menaruh harap berlebih padanya yang bahkan tidak bisa mengusahakan jarak. Kamu, semoga selalu menguntai kilometer yang lebih baik, namun kini waktupun membuktikan bahwa dia tak sekuat mu menghadapi ego ku dalam saat tersulit pun kamu yang tidak pernah meninggalkanku, dan entah sampai kapan harapan ini terus kamu pupuk yang bahkan sudah tidak mungkin, karna akupun tidak ingin memaksa orang lain demi mendapatkan kesenanganku, aku ingin bahagia tanpa menyakiti hati orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untukmu

Siapa Aku?

Sajak Lalu