Sesak

Aku tau pagi ini aku akan terbangun dengan rasa sesak dalam hati, sesak yang lebih terikat dari sebelumnya yang membuatku semakin sulit untuk meraih nafas ku. Rasa sakit yang ditimbulkan oleh sesaknya hati mungkin hanya aku yang merasakannya, rasa peduli yang perlahan menyeruak kepermukaan membuatku terbiasa selalu mendengar cerita-cerita darimu tapi entah sejak kapan ceritamu memudar entah karna rasa bosan atau mungkin aku yang terlalu menyebalkan atau mungkin ada bunga yang lebih indah yang membuatmu meninggalkan kisahmu disini. Terlalu banyak kemungkinan yang ditimbulkan dari berubahnya sikapmu, semakin aku berusaha membuang jauh-jauh rasa ini justru semakin besar rasa ini terasa. Terkadang rasa iri ini hadir pada mereka yang selalu bisa menatapmu, kepada mereka yang setiap waktu kau perdulikan, kepada mereka yang selalu membuatmu tertawa, aku juga ingin seperti mereka tapi aku sadar bahwa kau tak lebih dari sekedar kesesakan yang ku harapkan menjadi oksigen. Mungkin rasa ini pun salah, i ini terlalu cepat bahkan sebelum aku kembali menatap mata mu, semakin hari akupun semakin merasa bodoh dengan semua sikapku yang selalu menunggu kabar dari mu, ataukah aku harus kembali menutup rapat-rapat pintu ini dan kembali membangun bentengku, tolong jangan terlalu lama membiarkan ku dalam rasa ini, kalau memang rasa ku ini benar jangan biarkan aku terlalu lama menunggu, tapi kalau memang rasaku ini salah segera beritahu aku bahwa kau tak pantas untuk aku tunggu dan biarkan rasa ini aku kubur dalam kata pertemanan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untukmu

Siapa Aku?

Sajak Lalu