DIANTARA

Pernah dengar kalau mendung belum berarti hujan? Keadaan di mana walaupun mendung belum berarti akan turun hujan, tidak pasti. Iya, sebuah ketidak pastian yang membingungkan, menyebalkan bukan harus berada diantara ketidak pastian. Mungkin hal seperti itu yang salalu menghantui kemanapun pergi, terkadang sedingin es namun terkadang sehangat sinar matahari pagi, ketika banyak pilihan satu persatu datang mendekat, namun entah kenapa masih menunggu hujan turun ditengah ketidak pastian. Aku suka hujan, tapi aku tidak ingin jatuh cinta disaat hujan, bahkan dalam novelnya Tere Liye pun mengatakan “jangan pernah jatuh cinta saat hujan". Kenapa aku tidak ingin jatuh cinta saat hujan? karena jika suatu saat cinta itu pergi, hanya rasa sakit yang tersisa saat hujan turun.
Aku jatuh cinta pada segala keindahan yang diciptakan Tuhan. Bunga, senja, kupu-kupu dan kamu. Dan apakah kamu tahu satu-satunya hal yang aku ingkari adalah ketika aku berjanji dalam sebuah doa untuk tidak pernah jatuh cinta kembali, kemudian aku bertemu denganmu di hari selanjutnya, ketika itu pula ku ingkari sendiri doa ku. Walaupun kamu banyak menghadirkan ketidak pastian bahkan keraguan antara tinggal atau meninggalkan, makin hari terasa seperti memeluk kaktus yang semakin dipeluk erat semakin durinya menancap dalam. Mungkin ada banyak alasan ku untuk pergi, tapi aku tetap memilih untuk tidak, sebab untuk ku, kamu adalah luka sekaligus penyembuh yang paling aku suka.
Di sini aku tidak merusak, tapi mencintai, bukan caraku mencintaimu yang keliru, tapi posisi ku yang salah. Mengharapakan hujan disaat mendung, mengharapkan matahari disaat badai, dan mungkin dia sudah lama berhenti, sedangkan aku menyayanginya seperti  tidak akan berakhir. Dan mungkin aku tidak akan pernah berhenti untuk selalu menyayanginya. Saat ini aku tidak begitu jeli untuk memahami cuaca, namun bila badai itu di hatimu, dengan cara memeluk semoga bisa menjadi reda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untukmu

Siapa Aku?

Sajak Lalu