Bangunlah

Hujan malam ini kembali menyadarkan ku betapa jahatnya aku, membenci setiap detak waktu yang berlalu, mengabaikan sekelilingku, membuatku berputar pada lingkaran waktu yang membelenggu, lelahku memahami setiap suara yang selalu ingin didengarkan, sudahlah ini bukan waktunya untuk berdrama kisah keluarga bahagia yang tinggal di tengah desa penuh dedaunan hijau dan rumput hijau yang membentang, kepulan asap khas dapur pedesaan dengan harumnya hidangan sarapan pagi. Bangunlah, letakkan dirimu pada kenyataan, biarkan dirimu ditempa udara perkotaan dan angin malam yang keras menusuk tulang rusuk hingga lebam membekas hanya demi sesuap nasi. Lihat mereka yang bekerja lebih keras darimu tanpa pernah diberi jeda menghela nafas panjang untuk mengeluhkan betapa lelahnya hidup. Bukan aku tak mau tau, bukan aku tak menghiraukan orang lain, aku hanya penat dengan keluh kesah tanpa dasar, jika kamu merasakan lelah lalu apa yang orang lain rasakan? Cobalah mengerti orang lain jika ingin di mengerti, kamu gelisah karna sebagian rumputmu mengering dan kamu berusaha untuk memcabutinya, lihat lah mereka yang lebih terpuruk darimu, rumput mereka sedikit hijau dan yang mereka lakukan bukan mencabuti yang kering tetapi menyiraminya agar hijaunya semakin bertumbuh banyak. Berhentilah mengeluh, selagi muda biarkan jiwa mu ditempa polusi suara dari mulut tak ber akal, kelak kesuksesanmu bisa membeli mulut-mulut mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Terbuka Untukmu

Siapa Aku?

Sajak Lalu